
Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang khas, tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut, terutama di laguna, muara sungai, dan pantai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir. Ekosistem Mangrove adalah kesatuan antara mangrove, hewan, dan organisme lain yang saling berinteraksi antara sesamanya dan dengan lingkungannya. (Peraturan Mentri Kehutanan Republik Indonesia, No. P.35 Tahun 2010).
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki 20 kecamatan, 39 kelurahan dan 197 desa dengan luas wilayahnya mencapai ±12.614,78 km². Kabupaten Indragiri Hilir memiliki ekosistem mangrove yang cukup luas berkisar ±127.000 Ha. Salah satu desa penyumbang wilayah ekosistem mangrove di kabupaten Indragiri Hilir ialah Desa Igal, desa ini berada di bagian utara Indragiri Hilir yang memiliki bentang alam meliputi daratan hingga pesisir pantai dan memiliki bentuk sungai yang berbelok belok. Desa Igal merupakan daratan yang terbentuk di wilayah pesisir zona transisi antara lingkungan sungai dan lingkungan laut, yang sangat dipengaruhi oleh karakter laut seperti pasang surut, pola gelombang, kadar garam serta arus laut.

Jika dilihat dari karakter Desa Igal daratan ini masuk kedalam Estuari yang mana daerah terhubung dengan laut terbuka dengan kesuburan perairan yang masuk dalam salah satu habitat alami paling produktif di dunia. Sedimen yang terperangkap bersama air pada cekungan tersebut akhirnya ditumbuhi oleh mangrove (Hutan bakau) sebagai sumberdaya hayati pada ekosistem mangrove dan hutan dataran rendah. Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut yang terus berlangsung. Kondisi tanah di Desa Igal terdiri dari tanah hitam, serasah (kumpulan kulit kerang) seperti lempung abu – abu dan pasir. Tanah Hitam yang ada seperti gambut yang tidak basah dan seperti debu berwarna hitam. Tanah Putih/lumpur lengket jika basah dan jika kering bertekstur keras membatu serta retak – retak dan berwarna abu – abu dengan ketebalan kurang lebih 20 cm yang menutupi pasir seresah atau fosil-fosil satwa laut.
Desa Igal yang terletak di daerah perpaduan indah antara perairan yang luas dan daratan yang subur, menjadi rumah bagi hutan mangrove yang luar biasa. Saat ini wilayah pesisir desa Igal ditumbuhi mangrove berkisar ±4.990 Ha. Keunikan ekosistem mangrove di Desa Igal mencakup keragaman spesies flora dan fauna yang hidup dalam keseimbangan yang rapat. Mangrove Desa Igal bukan hanya tempat perlindungan alami bagi berbagai spesies, tetapi juga memiliki dampak ekologis yang luas dan ini menjadikan kunci untuk menjaga kelestarian aset berharga ini. Ekosistem mangrove memiliki berbagai manfaat ekologis, termasuk:
- Pelindung Pantai: Akar-akar mangrove berfungsi sebagai penghalang alami yang mengurangi abrasi pantai dan melindungi pantai dari dampak gelombang tinggi saat badai.
- Kehidupan Laut: Ekosistem mangrove menjadi tempat berkembang biak bagi banyak spesies ikan dan hewan air lainnya. Mereka juga menyediakan tempat perlindungan untuk berbagai spesies ketika mereka masih muda.
- Penyaring Polusi: Mangrove dapat menyaring polusi dari air dan memberikan kontribusi dalam menjaga kualitas air laut yang lebih baik.
- Penyimpan Karbon: Hutan mangrove adalah penyimpan karbon yang penting, membantu mengurangi kadar karbondioksida dalam atmosfer dan mitigasi perubahan iklim.
Di banyak wilayah pesisir di desa Igal bahkan seluruh dunia masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari ketersediaan sumberdaya alam yang ada, terutama yang berasal dari laut. Karena itu, sebagian besar masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat nelayan di desa Igal telah mengembangkan hubungan erat dengan ekosistem mangrove, mereka bergantung pada mangrove untuk berbagai cara, seperti:
- Tempat Penangkapan Perikanan: Mangrove menyediakan tempat penangkapan ikan yang kaya akan sumber daya, seperti ikan, kepiting bakau, dan udang.
- Sumber Pangan: Beberapa spesies dari ekosistem mangrove, seperti buah-buahan dan kerang, merupakan sumber pangan penting bagi masyarakat nelayan.
- Bahan Bangunan: Kayu mangrove sering digunakan sebagai bahan bangunan tradisional untuk rumah dan perahu.
- Mata Pencaharian: Nelayan seringkali mencari nafkah dari hasil tangkapan di ekosistem mangrove dan dari pariwisata ekowisata yang berhubungan dengan mangrove.
Meskipun ketergantungan yang dalam terhadap ekosistem mangrove, masyarakat pesisir di desa Igal menghadapi beberapa tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian. Beberapa tantangan utamanya, meliputi:
- Pemanenan Berlebihan: Penangkapan ikan dan eksploitasi sumber daya lainnya dari ekosistem mangrove yang tidak terkendali dapat mengancam keberlanjutan.
- Pencemaran: Pencemaran dari sumber domestik dan industri dapat merusak ekosistem mangrove dan memengaruhi populasi ikan dan hewan air.
- Perubahan Iklim: Kenaikan suhu laut dan peningkatan intensitas badai dapat merusak habitat mangrove.
- Konversi Lahan: Konversi lahan mangrove untuk pembangunan kota atau perikanan budidaya dapat mengakibatkan hilangnya habitat.
Dalam mengatasi tantangan ini di desa Igal mempunyai upaya kolaboratif dalam pelestarian yaitu sangat pentingnya kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi lingkungan. Desa Igal telah memainkan peran yang sangat penting dalam pelestarian ekosistem mangrove di wilayah mereka dengan beberapa langkah proaktif yang dapat diambil untuk memastikan pelestarian bersama terhadap tantangan ini, seperti:
- Pengelolaan Berkelanjutan: Pengembangan rencana pengelolaan berkelanjutan yang mengatur praktik penangkapan ikan dan menjaga keseimbangan ekologi.
- Pendidikan dan Kesadaran: Peningkatan pemahaman masyarakat pesisir tentang pentingnya pelestarian mangrove melalui program pendidikan dan kampanye edukatif untuk anggota masyarakat dan generasi muda, mengajarkan nilai-nilai pelestarian dan dampak positifnya terhadap lingkungan.
- Restorasi Mangrove: Melakukan upaya restorasi untuk memulihkan area mangrove yang telah terdegradasi.
- Konservasi dan Perlindungan: Mendirikan area konservasi dan menerapkan undang-undang perlindungan yang ketat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Keterlibatan Komunitas: Keterlibatan aktif anggota komunitas dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan terkait dengan hutan mangrove menjadi kunci kesuksesan pelestarian di Desa Igal. Ini menciptakan tanggung jawab bersama dan rasa memiliki terhadap lingkungan.
Meskipun Desa Igal telah mengambil langkah-langkah yang signifikan dalam pelestarian mangrove, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Perubahan iklim, polusi, dan aktivitas manusia yang tidak terkontrol tetap menjadi ancaman. Namun, harapan tetap terpancar cerah dengan membuktikan bahwa dengan kesadaran, pengetahuan, dan komitmen yang tepat, manusia dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan alam.
Keberlanjutan ekosistem mangrove bukan hanya penting bagi keberlangsungan kehidupan laut, tetapi juga untuk keberlangsungan kehidupan manusia dan keseimbangan lingkungan global secara keseluruhan. Mangrove di Desa Igal adalah contoh nyata betapa masyarakat lokal dapat menjadi penjaga dan pelindung lingkungan alam yang khas. Dengan pengetahuan tradisional, pendidikan, keterlibatan aktif, dan inisiatif berkelanjutan, masyarakat Desa Igal telah membantu melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai ekosistem mangrove. Melalui kerja keras dan dedikasi, Desa Igal telah membuka jalan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan, di mana manusia dan alam dapat hidup berdampingan dalam harmoni dan keselarasan yang seimbang.