Cegah Stunting, Penuhi Gizi Seimbang Balita!!
Stunting pada saat ini menjadi salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-anak. Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting menjadi ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia.
Hal ini tidak hanya menganggu pertumbuhan fisik, perkembangan otak juga akan mengalami gangguan. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk.
Yayasan Mitra Insani (YMI) melalui program pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat, bekerja sama dan memfasilitasi kelompok kader kesehatan.
Kelompok kader yang berasal dari Desa Igal, Pulau Cawan juga Kelurahan Sapat yang berada di Kabupaten Indragiri Hilir.
Dalam melaksanakan kegiatan “Sosialisasi pengetahuan pangan bergizi” dalam upaya mendukung konservasi dalam memperhatikan sisi kesehatan masyarakat pesisir secara umum.
Kegiatan ini disosialisasikan oleh tenaga kesehatan Kecamatan Mandah sebagai wadah dalam menyampaikan informasi dan menerapkan keilmuannya.
Melalui kegiatan yang berfokus pada terciptanya penerapan keamanan pangan demi terwujudnya masyarakat pesisir yang sehat.
Dalam kegiatan sosialisasi ini lebih dari 100 kader kesehatan dari desa dampingan turut hadir. Para kader menerima materi yang difokuskan mengenai MPASI makanan pendamping balita usia 6-24 bulan.
Hal ini memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader dalam mengolah MPASI dengan memanfaatkan pangan lokal sekitar.
Dalam hal ini yang menggunakan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dalam bentuk cetak dan elektronik, seperti: poster, games, vidio dll.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
MPASI harus bervariasi, padat gizi, sanitasi dan hygienitas. MPASI harus mengandung gizi lengkap yang seimbang, berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
selanjutnya dalam pemberian MPASI harus diperhatikan frekuensi dalam pemberian, jumlah porsi, tekstur, variasi bahan, sikap anak dan kandungan zat gizi dalam menu yang diberikan.
Praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat dapat menjadi penyebab utama timbulnya malnutrisi pada anak-anak.
Contoh Mpasi dari Sumber Pangan Lokal
Selain kegiatan edukasi mengenai pentingnya MPASI dan cara pemberiannya yang tepat, tim kesehatan juga melakukan kegiatan praktik demonstrasi pengolahan pembuatan MPASI dengan memanfaatkan sumber pangan lokal.
Menu dalam demonstrasi berupa bola-bola udang dan pepes tahu.
Pepes tahu dapat diberikan kepada anak yang sudah berusia 6 bulan ke atas karena memiliki testur yang lembut dan memiliki protein yang lengkap.
Pemberiannya dapat dilakukan dengan cara bertahap sedikit demi sedikit karena balita memerlukan adaptasi terhadap makanan baru.
Bahan-bahan yang dibutuhkan berupa, telur, tahu, santan murni dan lainnya.
Oleh karena itu pemberiaan MPASI pada balita tidak harus memerlukan biaya yang tinggi, bahan pangan disekitar yang memiliki harga rendah juga memiliki nilai protein yang cukup tinggi.
Seperti, tempe, tahu, telur, bayam, ayam, udang dan lainnya.
Dalam kegiatan sosialisasi ini diharapkan masyarakat maupun kader kesehatan dapat menyediakan makanan bergizi bagi keluarga dan memanfaatkan pangan local.
Serta nantinya juga mampu memberikan penyuluhan kembali kepada masyarakat di desa terutama kepada ibu hamil dan ibu balita.